KI AGENG PANDAN ALAS, didirikan di Madiun pada tanggal 10 November 1972, yang bernaung dibawah IPSI. Sesepuhnya adalah Bpk. KOESTARI ADY ANDAYA. Beliau adalah seorang purnawirawan TNI AU yang bertugas di Lanud Iswahyudi. Ditetapkan oleh IPSI Cabang Kab./Kota Blitar pada tanggal 15 September 1995.
Nama KI AGENG PANDAN ALAS diambil dari nama seorang tokoh golongan putih yang hidup pada jaman kerajaan Demak dibawah pemerintahan Sultan Trenggono (Cerita dalam buku Nagasasra Sabukinten). Pada waktu itu kerajaan Demak banyak terjadi pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah. KI AGENG PANDAN ALAS sebagai seorang tokoh merasa wajib ikut mempertahankan kerajaan Demak.
KI AGENG PANDAN ALAS dalam menghadapi musuh atau lawan-lawannya tidak dihadapi menggunakan kekerasan, melainkan dihadapinya dengan cara duduk bersila sambil melantunkan Kidung atau Tembang DANDANG GULO yang berisi petuah-petuah yang baik dan akhirnya membuat musuh atau lawannya menjadi sadar akan perbuatannya yang selanjutnya tidak jadi melawan dengan kekerasan. (Amar Makruf Nahi Mungkar).
KI AGENG PANDAN ALAS berasal dari jalur para pendiri masjid demak. Orang yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Namun tidak berarti dimonopoli oleh orang-orang Islam, karena PANDAN ALAS berpegang teguh pada Rahmatan lil 'Alamin, rahmat untuk seluruh umat. Tujuan di PANDAN ALAS adalah mempersiapkan diri untuk mendapatkan panggilan Tuhan yang terakhir yaitu sebuah kematian. Artinya walaupun belajar ilmu silat atau olah kanuragan, orang PANDAN ALAS dilarang menyakiti orang lain dan juga membuat kerusakan di muka bumi ini. Karena kita sebagai manusia suatu saat pasti akan mati dan nantinya dimintai pertanggungjawaban atas semua amal perbuatan kita. Sebagai orang-orang PANDAN ALAS, diharapkan menjadi tangan-tangan penyelamat. Menyelamatkan dirinya dan orang lain dengan tafsir yang sangat luas serta berpegang teguh pada "HABLUM MINALLOH WA HABLUM MINANNAS" .
Persilatan KI AGENG PANDAN ALAS tidak seperti yang lain. "Lain Koki Lain Masakan, Ojo Digebyah Uyah Podho Asine", jangan samakan PANDAN ALAS dengan yang lain. Di PANDAN ALAS tidak mencetak atlet, karena ilmu bela diri yang dipelajari bukan digunakan untuk bertarung, bukan untuk menyakiti orang lain, tetapi untuk membela diri apabila keadaan diri kita dalam keadaan terjepit atau teraniaya. Disini juga tidak ada istilah pendekar, karena pada dasarnya pendekar adalah tukang gelut. Dan sampai kapanpun di PANDAN ALAS tidak ada pendekarnya. Disini juga tidak mengajarkan "Tenaga Dalam", karena para Nabi dan Rosul juga para pendiri masjid Demak tidak ada yang belajar / memiliki tenaga dalam. Ajaran-ajaran di PANDAN ALAS mendidik anggotanya menjadi orang beriman dan bertaqwa yang berakhlaqul karimah.
Persilatan ini diikuti oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak, pemuda dan orang tua. Namun kebanyakan dari kalangan generasi muda. Sebetulnya persilatan ini sangat cocok untuk orang-orang yang sudah berusia lanjut karena ajaran-ajaran di PANDAN ALAS adalah ajaran yang luhur sebagai bekalmenghadapi panggilan Tuhan yang terakhir. Dari sisi kesehatan juga sangat baik untuk orang-orang yang punya masalah kesehatan (sakit-sakitan) karena jurus di PANDAN ALAS ada unsur JURUS PENYEMBUH. Jadi apabila Bapak / Ibu-ibu ada yang punya penyakit apapun, bila mau mengikuti apa yang diajarkan di sini Insya Alloh akan sembuh atas Ridho Alloh. Hal ini dibuktikan dengan pengalaman beberapa orang yang sembuh dari sakitnya setelah mengikuti persilatan ini.
Mengenai ajaran-ajaran KI AGENG PANDAN ALAS tidak bisa disampaikan disini, dikarenakan ajarannya yang sangat luas dan memerlukan waktu yang lama. Bagi para pembaca yang ingin tahu lebih jauh mengenai persilatan ini, dapat langsung menjadi anggota persilatan in tanpa dipungut biayai.
Demikianlah uraian singkat mengenai Keluarga Persilatan KI AGENG PANDAN ALAS, semoga uraian singkat ini ada guna dan faedahnya bagi siapa saja. Semoga ALLOH SWT selalu melimpahkan rahmatNYA kepada kita semua. Amin.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Sejarah berdirinya KI Ageng Pandan Alas"
Posting Komentar